Menurut World Health Organization (WHO), Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini, akan terjadi suatu proses yang disebut dengan Aging Process atau proses penuaan. Dalam kondisi ini, rentan terjadi kondisi penurunan dan tak jarang terjangkit dengan berbagai penyakit. Diantara berbagai fenomena dan kondisi penyakit yang terjadi pada lansia, ada 1 kondisi yang menjadi momok di lingkungan masyarakat saaat ini. Ya, Demensia. Apa itu Demensia? Sekumpulan gejala yang disebabkan oleh penyakit – penyakit tertentu yang menimbulkan penurunan bertahap pada fungsi otak individu, sehingga mengganggu kemampuanya dalam berfungsi sehari – hari. Seringkali mempengaruhi memori jangka pendek, emosional, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik Orang Dengan Demensia (ODD).

Setiap 3 detik, 1 orang di dunia mengalami demensia. Insiden demensia Alzheimer di seluruh dunia meningkat dengan cepat dan saat ini diperkirakan mendekati 46,8 atau 50 juta orang yang didiagnosis dengan demensia di dunia, 20,9 juta di Asia Pasifik, ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun.Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050. Pada tahun 2016, demensia diperkirakan memiliki biaya sebesar USD 818 milyar per tahun, dan diprediksi meningkat menjadi USD 1 triliun pada tahun 2018 dan menjadi USD 2 triliun pada tahun 2030 (Alzheimer’s Indonesia, 2019). Bagian otak yang mengendalikan ingatan atau hippocampus adalah tempat pertama kali serangan dimulai. Penyebabnya adalah plak ataupun sumbatan yang perlahan menghancurkan dan menyusutkan jaringan otak ini. Dari pusat ingatan, kerusakan meluas ke bagian yang mengelola bahasa, berlanjut ke pengendali pikiran logis, lanjut ke area emosi dan berakhir di pusat indera. Proses penurunan pada Demensia dapat berlangsung selama 8-10 tahun.

Adapun beberapa faktor resiko pencetus terjadinya Demensia;
- Usia. Menurut riset, 1 dari 10 orang berusia 65 tahun beresiko mengidap Demensia.
- Jenis kelamin. Perempuan beresiko lebih besar terkena Demensia, kenapa? Karena kemampuan dan kapasitasnya untuk melakukan berbagai kegiatan dalam waktu bersamaan (misal menelpon sambil memasak) mungkin pada awalnya hal ini terkesan multi-tasking, namun jika dilakukan dengan intensitas sering. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan dan beresiko menurunkan kinerja otak.
- Faktor genetik. Dalam sebagian besar kasus, pengaruh genetik berpeluang untuk seseorang mengidap Demensia (sekitar 5-10% kasus). Jika orangtua atau anggota keluarga terkena Demensia, kemungkinan anda terkena Demensia akan cenderung lebih besar dibandingkan orang yang tidak memiliki kasus Demensia di lingkungan keluarga dekatnya.
- Pola hidup. Kurangnya aktifitas fisik, kadar kolesterol tinggi, pola makan yang buruk, obesitas, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, serta penyakit – penyakit seperti Hipertensi/darah tinggi dan Diabetes melitus dapat meningkatkan resiko terjadinya Demensia.
1. | Cek kesahatan rutin termasuk cek fungsi otak. | ![]() |
![]() |
2. | Enyahkan asap rokok. | ![]() |
![]() |
3. | Rutin aktifitas fisik, spiritual, serta stimulasi otak. | ![]() |
![]() |
4. | Diet seimbang. Utamakan 3J: Jenis, Jarak, dan Jumlah makanan. | ![]() |
![]() |
5. | Istirahat cukup. | ![]() |
![]() |
6. | Kelola stress dan bersosialisasi. | ![]() |
![]() |